Seorang Gadis Kelas 3 SD Harus Mengemis Demi Melunasi Hutang Ibunya

loading...
Seorang Gadis Kelas 3 SD Harus Mengemis Demi Melunasi Hutang Ibunya - Sulitnya hidup bisa hinggap kepada siapa saja. Setiap orang bisa saja menerima kesulitan dalam hidupnya. Kesengsaraan keprihatinan dan hidup dalam kemiskinan bisa menimpa kepada siapa saja tanpa ada yang mengetahui. Kita yang hidup nyaman dan enak sekarang belum tentu besok masih berada dalam kenyamanan tersebut. Dunia ini selalu berputar dan apapun bisa saja terjadi.

Sebuah pelajaran berharga kita dapatkan dari kisah seorang gadis kelas 3 SD berikut ini. Pada usia yang masih sangat belia dia harus menanggung beratnya beban keluarga. Ditinggalkan oleh kedua orang tua dan hanya ditinggali beban hutang yang harus dibayar. Gadis malas berusia 11 tahun ini harus rela menjadi pengemis demi bisa melunasi utang keluarganya.

Seorang Gadis Kelas 3 SD Harus Mengemis Demi Melunasi Hutang Ibunya

Di salah satu perempatan jalan di Kota Purwokerto, Jawa Tengah semua kendaraan menginjak pedal remnya kemudian berjejer dengan rapi, 60 detik waktu terus menghitung mundur, mengejar detik-detik lampu merah yang akan segera berubah menjadi hijau. Tiba-tiba entah dari sudut mana muncul seorang gadis kecil dengan wajah memelas menghampiri setiap pengendara motor dan mobil dengan menadahkan tangannya.

Di bawah lampu merah gadis kecil itu mencoba menyambung nyawa, berjuang seorang diri melawan hari, berlari melawan teriknya sengatan matahari. Dengan suara lirih, pengendara pun iba dan memberikan sedikit rezekinya, namun ada pula yang seolah tidak peduli atau berpura-pura tidak melihat sama sekali. Keceriaannya telah terenggut oleh kerasnya kehidupan.

Dialah Dewi Anggraeni, seorang gadis kecil kelahiran 6 Februari 2004 yang kini harus menanggung semua utang almarhum ibundanya semasa hidup. Gadis kecil yatim piatu pasangan Maryati dan Wiyatno itu kini diasuh oleh tetangganya, Sriwati setelah ibunya meninggal dunia karena sakit paru-paru sekitar 1 bulan yang lalu.

Dengan setoran Rp. 50 ribu per hari, Dewi yang masih duduk di kelas III SDN 1 Karengklesem ini harus turun ke jalan dan jadi pengemis. Dia melakukan pekerjaan itu dia lakukan setelah pulang dari sekolah yakni sekitar pukul 15.00 hingga 21.00 WIB. Ia mengemis untuk dapat melunasi beban utang sebesar Rp 6 juta yang dipinjam oleh ibunya ketika sakit untuk berobat.

“Dewi kerja habis pulang sekolah. Targetnya harus Rp 100 ribu, kalau tidak target tidak berani pulang,” kata Dewi kepada wartawan yang mewawancarainya.

Setiap harinya, uang hasil dari mengemis selalu disetorkan pada Sriwati, salah satu tetangga yang selama ini merawatnya. Uang itu digunakan untuk mencicil utang ibunya.

Sementara itu menurut tetangga Dewi, Supriyatin (44), Dewi sebenarnya masih mempunyai seorang kakak perempuan. Namun semenjak ibunya meninggal, sang kakak pergi. Sejak itulah hanya Dewi seorang yang berusaha melunasi utang ibunya.

"Dewi ditarget harus dapet uang sehari minimal Rp 70 ribu, kalau sampai malam sehabis isya dia belum dapat segitu, dia tidak mau pulang dan selalu menangis di pinggir jalan tempat dia meminta-minta," ujar Supriyatin.

Selain karena takut tidak dapat memenuhi target, Dewi juga sering mendapat marah dari Sriwati. Karena, uang hasil mengemis, sebagian harus diberikan kepada Sriwati.

"Dari uang Rp 70 ribu, dibagi Rp 50 ribu buat rentenir yang Rp 20 ribu buat Bu Sri," ujarnya.

Dia juga mengatakan, utang almarhum ibunda Dewi awalnya hanya sebesar Rp 2 juta, tapi terus berkembang hingga sekarang jadi Rp 6 juta dan diwariskan kepadanya sehingga harus ia lunasi. Padahal kondisi Dewi semakin hari semakin kurus dan sakit-sakitan.

"Sempat pas waktu malam-malam Dewi badannya panas, dan bersandar di tiang listrik. Lalu saya belikan obat, dan saya bawa pulang," ucap Dewi.

Karena pulang mengemis sampai larut malam, akhirnya Dewi beberapa kali kerap mengantuk ketika mengikuti kegiatan belajar di kelas. Bahkan saat pergi sekolah, lebih sering dirinya tidak sarapan karena tidak punya nasi untuk dimakan. Melihat hal tersebut, guru di sekolahnya kadang membelikan ketupat dan mendoan untuk mengisi perut Dewi yang kosong.

Semenjak ditinggal ibunya meninggal, pihak sekolah sebenarnya mengetahui bahwa Dewi selama ini menjadi gadis peminta-minta di perempatan jalan. Pihak sekolah juga tahu saat Dewi sedang mengemis dan melihat guru atau teman-temannya melintas dirinya langsung bersembunyi.

"Dewi anak yang lincah, baik, dan penurut, tapi jarang masuk sekolah. Setelah diselidiki, ternyata Dewi sering bekerja untuk mengemis di jalan,” kata Marsini, salah satu guru Dewi.

Sebetulnya Dewi Anggraeni mendapatkan bantuan siswa miskin (BSM). Dana bantuan ini digunakan buat keperluan sekolah. Sementara untuk memenuhi biaya-biaya lain di sekolah, termasuk buku pelajaran semua digratiskan, karena sekolah sudah mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Baca Juga:
Bermain Game Action tikatkan kinerja otak
Warna hijau memiliki manfaat tak terduga
Wanita Buruk Rupa yang Memberi Inpirasi Kepada Dunia
Perubahan Dewi bukan hanya di sekolah, tapi juga di tempat Dewi selama ini ikut belajar mengaji. Sejak ibunya meninggal, Dewi tidak pernah lagi bisa ikut belajar mengaji dan mengikuti kegiatan lain seperti bermain kentongan.

"Dia anak yang aktif sebelum ibunya meninggal, tetapi setelah ibunya meninggal dia lebih sering berada di perempatan jalan untuk mengemis,” kata guru ngaji Dewi, Musaffa (37).

Musaffa mengatakan, pihaknya sudah berusaha melaporkan hal itu ke pihak Dinas Sosial Kabupaten Banyumas, tapi sampai saat ini belum ada respons. Bahkan Ketua RT setempat merasa kewalahan setelah mendapatkan ancaman dari orang yang memberikan utang pada almarhum ibunya Dewi karena membela Dewi.

"Kita akan menggerakkan teman-teman mahasiswa untuk melakukan penggalangan dana, dan melunasi utang Dewi. Setelah hutangnya lunas, Dewi akan kami ambil dan akan dimasukkan ke pondok pesantren," pungkas Musaffa.

Apa yang dialami Dewi bukan satu-satunya dari beragam kisah kemiskinan yang terjadi. Masih banyak anak-anak yang memiliki nasib serupa. Semoga saja atas apa yang telah dialami oleh Dewi bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Tak seharusnya kita membebankan hidup yang keras kepada anak yang masih belia. Semoga pemerintah juga bisa tanggap atas apa yang telah terjadi. Indonesia harus bebas dari kemiskinan, dan anak-anak harus bisa mengenyam manisnya masa kecil yang bahagia.

Selamatkan Generasi Penerus Bangsa!!
loading...

0 Response to "Seorang Gadis Kelas 3 SD Harus Mengemis Demi Melunasi Hutang Ibunya"

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan tanggapan anda.