loading...
7 Aksi Pengorbanan Orang Tua Demi Anaknya - Orang tua manapun di dunia ini pastinya menginginkan anaknya bahagia, bisa mendapatkan hidup yang nyaman dan menjadi manusia yang lebih baik dari dirinya.Kasih ibu sepanjang masa. Bagai sang surya menyinari dunia. Syair diatas dirasa sangat tepat dalam menggambarkan kasih seorang ibu kepada anak-anaknya. Segala perjuangan dan pengorbanan apapun akan dilakukan oleh orang tua demi memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Jadi orang tua itu terkadang tidak selalu mudah. Dimulai sejak awal membina rumah tangga hingga akhirnya mendapatkan keturunan, para orang tua tidak akan ragu mengorbankan hidupnya demi anak-anaknya yang sangat mereka cintai. Apalagi bila sang anak mengalami kondisi sakit dan sangat membutuhkan pertolongan.
Tidak ada hal yang lebih membahagiakan bagi orang tua selain melihat anaknya bahagia lahir dan batin. Walau keadaan status sosial dan ekonomi yang menghimpit, tanpa ada rasa malu dan lelah para orang tua ini dengan setia melakukan apa saja, agar buah hati mereka bisa tertolong, terlebih jika anaknya sedang mengalami sakit yang serius. Kisah-kisah mengharukan berikut ini memperlihatkan bagaimana pengorbanan orangtua demi menyelamatkan anak-anak mereka.
Rela Menjadi Kuda-Kudaan demi mendapatkan uang berobat anak
Seorang ayah (38 tahun) di Kota Heifei, Cina, rela menjadi 'kuda-kudaan' di emperan jalan demi mengumpulkan kepingan receh untuk pengobatan anak tercintanya, yang menderita penyakit kanker sel darah putih atau Leukimia.
Cara tak biasa yang dia lakukan ini dengan memakai topeng kuda dan menawarkan para pejalan kaki menaiki badannya layaknya kuda. Dia memasang tarif sebesar lima kuai atau setara dengan 12 ribu rupiah untuk sekali ditunggangi.
Setelah putranya terdiagnosa Leukimia pada 2011, sang ayah membutuhkan biaya sebesar USD 32.000 atau setara dengan Rp 384 juta untuk membayar biaya pengobatan Kemoterapi sang anak. Tidak hanya itu dia pun masih harus membayar utangnya yang mencapai USD 26.000 atau setara dengan Rp 312 juta.
Parahnya ketika Maret lalu kondisi sang anak makin kritis, sang ayah memohon pihak rumah sakit agar bisa merawat kondisi putra tercintanya lebih intens.
Dalam foto yang sekarang viral di jejaring sosial ini, sang ayah rela berlutut membungkuk seperti kuda, dengan memasang poster besar bergambar sang anak yang terbaring lemah di rumah sakit, dan nomer rekeningnya bila ada donatur yang ingin menyumbang. Dalam poster itu juga bertuliskan 'sekali naik 5 Kuai, orang baik pasti akan naik'.
Sang ayah mengaku aksinya mendapat simpati publik yang luar biasa, setiap hari ada saja donatur yang mengirimnya sejumlah uang bahkan ada yang sampai mendatanginya secara langsung dan menawarkan jumlah sumbangan yang tidak sedikit.
Rela jadi sansak manusia demi biaya pengobatan anak
Kasih orang tua sepanjang zaman itulah ungkapan yang mewakili seorang lelaki asal China lantaran demi pengobatan anaknya dia rela dipukuli oleh pejalan kaki asalkan mereka mau memberinya sejumlah uang untuk membiayai perawatan medis sang buah hati.
Xia jun asal Provinsi Sichuan memiliki putra bernama Guo Guo masih usia dua tahun namun divonis menderita leukemia. Dia akhirnya dirujuk ke rumah sakit lebih besar dan lengkap di Ibu Kota Beijing. Tiga dokter mereka temui sama-sama menyarankan agar si bocah operasi transplantasi sumsum tulang belakang dan biayanya mencapai 1,4 miliar, demikian dilansir situs shanghaiist.com beberapa waktu lalu.
Jun menjual seluruh harta bendanya, dia juga meminjam sejumlah uang hingga akhirnya cukup bagi Guo melakukan operasi. Namun ada masalah lain. Dokter mengatakan setelah dilakukan transplantasi tubuh bocah cilik itu bakal mengalami penolakan, infeksi, dan kambuh penyakit. Masa kritis ini bakal dilalui hingga 2,5 tahun.
"Tahun pertama amat menentukan. Pengobatan selanjutnya sekitar Rp 800 juta," ujar dokter Wang Jingbo yang merawat Guo.
Bingung cari uang akhirnya Jun nekat jadi karung tinju di sebuah jalan Beijing sambil menaruh kotak sumbangan. Dia memakai busana putih bertuliskan 'Sasak manusia, satu pukulan Rp 20 ribu'. Dia mempersilakan tiap orang menghajarnya.
Cara Jun ini justru menyentuh hati warga Beijing. Banyak orang memberi sumbangan padanya bahkan menengok Guo di rumah sakit. Beberapa dari mereka malah bersedia membiayai pelbagai kebutuhan Guo hingga dewasa.
"Masih banyak orang baik," ujar Jun.
Tak punya biaya berobat, ayah di China bakar anaknya
Seorang pria malang di Yunshan, Provinsi Yunnan, China, bernama Wei Shufu, berusaha menyelamatkan hidup anaknya. Dia mengumpulkan kayu kering, seikat tanaman obat, dan sebuah buku tentang obat-obatan. Wei Shufu rupanya membuat sebuah tempat tidur dari tanaman obat. Semua itu dia lakukan demi menyelamatkan anaknya perempuannya berusia enam tahun yang sakit anemia.
Wei tidak mampu mengeluarkan biaya berobat seharga Rp 595 juta untuk menyembuhkan anaknya dengan cara transplantasi sumsum tulang. Meski tidak yakin dengan metode pengobatan tradisional, Wei tetpa mencoba menjalankan pengobatan dengan cara mengasapi anaknya.
Anaknya selama ini menderita penyakit anemia yang bisa menyebabkan kematian jika tidak diobati. Foto yang memperlihatkan Wei tengah mengasapi anaknya kemudian beredar luas di Internet dan mengundang simpati dari pengguna dunia maya.
Sebuah yayasan amal di Beijing kemudian menggelar penggalangan dana buat membantu pengobatan anak Wei. Saat ini dana sudah terkumpul sebanyak Rp 19,8 juta.
Ibu ini 21 tahun rawat anak kembar obesitasnya
Seorang ibu orangtua tunggal di China harus banting tulang lantaran mempunyai dua anak lelaki kembar dengan keterbelakangan mental dan kelebihan bobot berat badan (obesitas).
Ma Zhiqiu, nama ibu itu, telah merawat dua anak kesayangannya sejak kelahiran mereka 23 Februari 1994. Ma melahirkan kedua putra kembarnya saat berumur 26 tahun. Namun begitu sedihnya dia, saat dokter memvonis kedua anaknya akan menderita keterbelakangan mental dan gangguan kesehatan dikarenakan kelahirannya yang prematur.
Akibat vonis dokter, Ma memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan dan lebih fokus dalam merawat kedua anak tercintanya. Nahas baginya, sang suami malah memilih untuk bercerai, lantaran tak sanggup menerima kenyataan hidup kedua anak kembarnya terlahir tidak normal.
Anak tertua Ma, Zhang Hangjun, menderita obesitas dengan berat badan 250 kilogram. Akibat kelebihan bobotnya, dia bahkan tidak bisa sama sekali untuk beranjak dari kasurnya. Hidupnya hanya dihabiskan di atas tempat tidur. Lalu, Zhang Yuanju, saudara kembar Hangjun. Dia lebih beruntung dari sang kakak, pasalnya terlahir lebih normal dan bisa beraktivitas layaknya pemuda seumurnya. Hanya keterbelakangan mental yang membatasi gerak Yuanju dalam lingkungan sosialnya.
Zhang Yuanju sangat menyukai piano. Sang ibu yang melihat bakat anaknya itu rela menemaninya berlatih piano. Karena ketidakmampuan keluarga Ma, sang guru piano yang terketuk hatinya mewariskan sebuah piano untuk Yuanju.
Seperti dilansir situs Channel NewsAsia, Ma mengatakan kini yang bisa dilakukan hanyalah mengajarkan Yuanju dalam merawat dirinya sendiri dan juga sang kakak, karena Ma sadar tidak akan dapat mendampingi kedua anak tercintanya untuk selamanya.
Ibu ini jual pelukan untuk biaya perawatan anaknya
Merasa tak ada jalan lagi untuk menyelamatkan anaknya, ibu ini rela menjual pelukannya. Dia menjajakan pelukannya di stasiun kereta bawah tanah Chongqing yang sibuk dalam upaya untuk mengumpulkan uang untuk putrinya, yang didiagnosis dengan leukemia.
Chen DeJuan, 28, berdiri sambil memegang kardus bertuliskan "Menjual pelukan - 10 Yuan (sekitar Rp 21.671) per pelukan". Di samping Chen, ada putrinya yang baru berusia empat tahun, yang disebut Nana. Gadis kecil itu mengenakan alat bantu pernapasan dan kepalanya tampak botak.
Menurut China.com, Chen mengaku berasal dari Guangdong, sementara suaminya adalah penduduk asli Chongqing. Mereka berdua bekerja di Shandong, dan baru mengetahui tentang penyakit Nana pada bulan Mei lalu - ketika Nana pingsan dan kemudian dibawa ke dokter untuk melakukan pemeriksaan medis.
Nana telah menerima pengobatan di empat rumah sakit berbeda di Shandong, tetapi Chen dan suaminya memutuskan untuk mengirimnya ke Chongqing. Pasangan suami istri ini bahkan sudah menghabiskan tabungan mereka sekitar 70.000 yuan (setara Rp 151 juta) untuk mengobati Nana.
Karena biaya pengobatan Nana sangat besar, Chen dan suaminya pun terpaksa meminjam uang untuk membayar perawatan medis gadis itu selama beberapa bulan terakhir.
Mendengar kisahnya, Chen pun berhasil memperoleh sumbangan sekitar 600 Yuan (sekitar Rp 1,3 juta) dalam waktu satu jam. Beberapa orang memberikan uang tunai kepadanya, dan lainnya menawarkan untuk mentransfer uang pada Chen setelah membaca kisahnya di dunia maya.
Dilindas truk, ayah di China korbankan nyawa demi anaknya
Seorang ayah di China bernama Hsiung Kuo, 71 tahun, mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan putranya, Yong, 47 tahun, saat hampir dilindas truk di jalanan Kota Quanzhou. Dia mendorong anaknya sehingga dirinya yang terlindas truk itu.
Saat truk itu hampir melindas tubuh mereka setelah menghantam skuter, sang ayah dengan berani masih berusaha mendorong anaknya menjauh dari roda truk. Meski saat roda truk sudah menggilas kakinya, Hsiung masih berupaya mendorong anaknya supaya tidak celaka. Beberapa detik kemudian roda truk itu melindas tubuh Hsiung hingga dia tewas seketika.
Kejadian berlangsung dalam hitungan detik itu terekam sebuah kamera pengawas (CCTV).
Petugas medis segera tiba di lokasi kejadian namun Hsiung dinyatakan tewas di tempat dan anaknya segera dirawat. Sopir truk yang dilaporkan kabur setelah menabrak bapak-anak itu kemudian berhasil ditangkap dan sedang diselidiki polisi.
Ayah di China tiap hari gendong anaknya sejauh 28 kilometer
Yu Xukang adalah seorang ayah penuh pengabdian asal China yang selalu menggendong anaknya Xiao Qiang, seorang penyandang cacat, saban harinya agar anaknya itu dapat bersekolah meski harus menempuh jarak sejauh 28 kilometer.
Yu selalu menggendong Xiao dengan menempatkannya di sebuah keranjang dirancang khusus diikatkan ke punggungnya. Pria 40 tahun asal Kota Fengyi, Wilayah Yibin, Provinsi Sichuan, sebelah barat daya China, sekitar 3.218 kilometer sebelah barat Shanghai, itu menolak untuk menyerah terhadap pendidikan anak laki-lakinya sekarang berusia 12 tahun itu, meskipun faktanya kedua tangan dan kakinya bengkok, dan punggungnya sudah bungkuk.
"Saya tahu anak saya cacat fisik, tapi tidak ada masalah dengan pikirannya. Namun, saya tidak bisa menemukan sekolah di sini dengan fasilitas yang dapat menerima dia dan selalu ditolak. Bahkan satu-satunya tempat di mana saya bisa mendapatkan tempat baginya adalah di Sekolah Dasar Fengxi, di Kota Fengyi, yang berjarak delapan kilometer jauhnya," kata Xukang.
Dia telah berpisah dengan istrinya sembilan tahun lalu ketika Xiao berusia tiga tahun, dan memutuskan untuk membesarkan anaknya sendirian. Xukang mengatakan dirinya bertekad agar anaknya itu tidak menderita meski dibesarkan oleh satu orangtua dan dia ingin memberinya kesempatan terbaik.
Karena tidak ada bus sekolah dan transportasi umum yang cocok, Xukang kemudian memutuskan satu-satunya cara untuk memastikan anaknya tetap bersekolah adalah dengan menggendongnya setiap hari baik saat mengantarkan dan menjemput Xiao dari sekolah.
"Saya telah menggendong dia baik saat pulang maupun pergi ke sekolah sejak September tahun lalu, setiap pagi saya bangun jam lima untuk mempersiapkan makan siangnya dan kemudian saya berjalan sejauh 7,2 kilometer ke sekolah, dan kemudian kembali ke rumah sehingga saya bisa bekerja untuk mendapatkan uang. Saya kemudian jalan kembali ke sekolah untuk menjemput anak saya dan membawa dia pulang," ujar dia.
Xukang mengatakan dia memperkirakan dirinya telah berjalan sekitar 28 kilometer dengan naik turun perbukitan.
"Anak saya tunadaksa, ini berarti dia dalam posisi tidak bisa berjalan dan tidak bisa naik sepeda sendiri. Meskipun sudah 12 tahun, tingginya hanya 90 sentimeter. Tapi saya bangga dengan fakta dia menjadi murid pandai di kelasnya dan saya tahu dia akan mencapai hal-hal besar. Impian saya adalah dia akan masuk ke universitas," ucap dia.
Setelah pengabdian Xukang dengan menggendong anaknya setiap hari ke sekolah terungkap di media lokal, pemerintah setempat mengumumkan pihaknya akan menyewakan sebuah kamar untuk dia dalam waktu dekat.
Bagaimana kawan, haru bukan. Walau status, keadaan ekonomi serta lingkungan yang tidak mendukung para orang tua tidak mengeluh bahkan malu memiliki anak yang sakit atau tidak sempurna. Malahan karena kekurangan yang dimiliki buah hatinya, telah menjadi sumber kekuatan bagi para orang tua yang hebat tersebut.
Semoga semua orang tua yang ada di dunia ini memiliki kecintaan dan rasa sayang yang sama lebihnya seperti para orang tua diatas. Anak adalah titipan, anak adalah harta yang paling berharga.
Demikianlah, 7 Aksi Pengorbanan Orang Tua Demi Anaknya. Share sama teman kamu juga ya...^_^
loading...
0 Response to "7 Aksi Pengorbanan Orang Tua Demi Anaknya"
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan tanggapan anda.